MOTTO SMA NEGERI 1 TILATANG KAMANG "BERBUDI PEKERTI DAN BERPRESTASI"

29 November 2012

Sosialisasi dan Ulasan Draf Kurikulum Baru 2013

Assalamu'alaikum ww.
Salam "Smantika"



Pengembangan kurikulum untuk kedepannya lebih menitik beratkan pada pencapaian kompetensi yang hendahnya dikuasai siswa antara lain; Kemampuan berkomunikasi, Kemampuan berpikir jernih dan kritis, Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, Kemampuan menjadi warga negara yang efektif, Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, Memiliki minat luas mengenai hidup, Memiliki kesiapan untuk bekerja, dan Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya.
Kompetensi umum lainnya untuk menghadapi tantangan global menurut hemat saya antara lain adalah; 1. Kemampuan siswa berbahasa Inggris yang mencakup berbicara, mendengar, dan menuliskannya, 2. Kemampuan menguasai TIK yang seharusnya melekat pada semua mata pelajaran, dan  3. Kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan, 4. Kemampuan menjadi seorang pembelajar dengan mengembangkan bakat dan minat. Dalam draf kurikulum baru 2013 yang terdapat perubahan sistem adanya mata pelejaran wajib dan mata pelajaran pilihan, ini merupakan penyaluran hak belajar siswa sesuai dengan bakat dan minat walaupun masih  pada tingkat SLTA. Hal ini tentu merupakan implementasi dari konsep bersama bahwa pendidikan dasar itu bagi kita diselenggarakan selama 9 tahun yang harus disamakan bagi seluruh Peserta Didik. Suka tidak suka, mau tidak mau seorang peserta didik walau dia tidak berbakat untuk satu atau beberapa mata pelajaran, mereka harus mengikuti sebagai tingkat pengenalan mata pelajaran tersebut. Titik berat pekerjaan Pendidik adalah menjadikan Peserta Didik seorang pembelajar. Bagaimana memberikan pemahaman bahwa pendidikan itu sepanjang hayat, dan belajar itu dapat dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja, serta dari apa saja. Untuk mencapai itu sekolah perlu mengembangkan budaya lingkungan pembelajar, dimana para pendidik juga mencontohkan sebagai seorang pembelajar, sebab ilmu pengetahuan itu setiap saat berubah dan berkembang. Dunia pendidikan di negeri ini belum lepas dari sengkarut persoalan. Ketika kualitas pendidikan kita jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain, pemerintah justru gemar membuat kebijakan tanpa arah yang jelas. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai penanggung jawab pendidikan di Indonesia masih saja mengumbar ketidakpastian. Terakhir, mereka ngotot untuk menerapkan kurikulum baru mulai Juli 2013 kendati badai kritik datang menerjang. Kurikulum anyar itu di satu pihak bakal mengurangi jumlah mata pelajaran, tetapi di lain pihak menambah jam belajar. Untuk SD, mata pelajaran dari 10 dipangkas menjadi enam, yaitu matematika, bahasa Indonesia, pendidikan kewarganegaraan, agama, olahraga, dan seni.Untuk SMP, jumlahnya dikurangi dua dari 12 mata pelajaran sehingga siswa cukup menekuni pendidikan agama, matematika, bahasa Indonesia, pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, bahasa Inggris, IPA, IPS, olahraga, seni budaya, serta prakarya .Pendidikan memang wajib mengikuti perkembangan zaman. Kurikulum baru pun, tegas Mendikbud M Nuh, dirancang untuk menyiapkan generasi sesuai dengan zamannya. Yang jadi soal, dalih itu pula yang selalu dicuatkan mendikbud-mendikbud sebelumnya untuk merombak kurikulum.Semua alasan menteri itu hanya menunjukkan tidak ada blue print, tidak ada grand design ke mana pendidikan kita dibawa. Kurikulum kerap berubah ketika menteri pendidikan berganti. Dalam kurun 28 tahun terakhir saja, setidaknya sudah tiga kali kurikulum diganti. Pada 1984, pendidikan menganut model cara belajar siswa aktif, pada 2004 dengan kurikulum berbasis kompetensi, dan dua tahun kemudian berganti menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan. Begitulah, pendidikan dikelola sesuai dengan selera mereka yang berkuasa. Sepertinya tidak ada yang bagus dari kebijakan bikinan pejabat sebelumnya sehingga mesti dirombak. Tidak ada jaminan sebuah kurikulum akan bertahan lima tahun, 10 tahun, apalagi 50 tahun ke depan. Alhasil, pendidikan di Republik ini tidak punya arah yang pasti. Kurikulum 2013 amat minim dipahami guru, apalagi publik. Cuma ada waktu sekitar enam bulan untuk sosialisasi kepada sekitar 3 juta guru dengan kemampuan yang sangat beragam. Kurikulum 2013 pun dinilai hanya fokus kepada materi ajar, sementara aspek pedagogis atau metode pengajaran tidak tersentuh. Metode mengajar masih satu arah dari guru ke murid. Toh, pemerintah abai dengan seabrek persoalan tersebut. Bagi yang berkuasa, kurikulum 2013 ialah harga mati. Desakan agar pelaksanaan kurikulum itu ditunda atau bahkan dibatalkan ibarat melawan angin. Kurikulum yang dipaksakan hanya akan membuahkan kebingungan di kalangan guru sebagai pelaksana di lapangan. Para pahlawan tanpa tanda jasa terus saja bekerja di tengah ketidakpastian, diimpit egoisme mereka yang punya kuasa. Kita tidak ingin berburuk sangka kepada Mendikbud. Namun, bukan mustahil kurikulum 2013 dipaksakan karena ada dana berlimpah dalam pelaksanaannya. Sama seperti program sertifikasi guru yang telah menghabiskan ratusan triliun rupiah, tetapi tidak mengubah kualitas guru. (Editor MI 5 Des 2012) Untuk lebih jelasnya pada link "silakan unduh" di sebelah kanan atas ada presentasi mengenai kurikulum baru, silakan mengunduh dan membacanya dan masih banyak lagi dari situs lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar