MOTTO SMA NEGERI 1 TILATANG KAMANG "BERBUDI PEKERTI DAN BERPRESTASI"

06 Juli 2012

Cerpen "Cinta Gila" By: Hanifah

Sofi jatuh cinta lagi, bukan main senangnya dia. Tak ada setetes sedih pun yang singgah di wajahnya tiga hari ini.
“Ya Allah, Rin!Aku senang sekali nich!” katanya sore itu, sepulangnya dari kuliah Sosiologi.
“Kenapa?Andi baikan lagi?”Tanyaku. Sebab kutahu dua minggu yang lalu dia tak bisa makan, tak nafsu minum, bahkan tak berhasrat hidup setelah dengan sengaja ia memutuskan Andi, cowok  sekampus yang sangat mencintainya.
“Bukan, bukan itu,” katanya seketika.
“Zaldi SMS aku, tanyain kabarku.”
Zaldi?Siapa lagi tuh.Antrian cowok yang akan kamu sakiti lagi, Sofi?” tanyaku.
“Ya, nggak dong, Rin.Yang ini cinta pertamaku kok.”
“Serius?”
Aku iri bukan main dengan Sofi.Betapa asyiknya orang sedang jatuh cinta.Duit utuh, karena tak makan pun lapar tak menyerang, sehingga isi dompet tak pernah terkuras.Sungguh asyik dunia ini, karena yang ada senyum dan senyum.Dunia terasa hanya berisi kebahagiaanku.Ya, hanya bahagia.
Aku jadi ingat dua tahun lalu, dimana aku untuk pertama kalinya jatuh cinta pada seseorang.Seseorang yang kemudian menyambut uluran tanganku.Ya, walaupun aku perempuan, aku tak malu untuk mengungkapkan perasaan yang suci itu pada orang yang aku cintai.Dan ditambah lagi, perasaan suci ini dipendam pula oleh orang tuaku.Aku sangat bahagia.Terkadang aku diserang malu bila kudapati orang terbengong-bengong melihatku tertawa sendiri, atau bicara sendiri.Yang jelas orang jatuh cinta itu serba aneh, serba bahagia.
“Rin, Rini….” Suaranya melengking ke ruangan dalam rumah.
“Ya, ada apaan sih! Kayak di hutan belantara aja teriak- teriak!”.Aku acak rambut keritingnya.
“Baca nih, baca dong Rin!” sambil menyodorkan handphonnya.
“Baca!” ia memaksa. Puisi baru tuh Rin! Sumpah deh Rin, aku melayang, nggak kuat.”Ia membiarkanku tenggelam dengan Hp-nya yang di layarnya kudapati deretan huruf-huruf tersusun dengan indah dan menyentuh hati. Sementara itu dia membiarkan bangku itu memeluk jasadnya, sambil senyum-senyum melihatku membaca puisi yang membuatnya tergila-gila, puisi dari orang yang dicintainya.Sungguh hanya bahagia yang ada diwajahnya.
Ingin merengkuhmu,
memeluk dengan nafas kehangatan
mencoba dengan aroma kerinduan
di dalam istana yang kita rancang berdua
tapi ingat
miniatur harus kita siapkan dari sekarang
bukan esok atau lusa.
Cinta,
Kukangenmu malam ini
Hanya kamu, ya
Kamu seorang diri
Cinta, udah shalatkah kekasihku?
Kutitipkan diriku dalam hembusan nafas doamu

Cinta, aku ingin bertemu
                       Dari kekasihmu “Zaldi”
Begitulah puisi yang kubaca dalam Hp-nya. Rasa iriku jadi tambah besar sama Sofi. Bukan karena apa. Memang cinta seperti mati, hanya Tuhan yang tahu.Tapi cinta bisa datang dua kali, tiga kali, seratus kali, bahkan seribu kali.Mati, cukup sekali.Aku ingin cintaku seperti mati, bukan cintaku yang mati.Tetapi mati gara-gara cinta.Dan kini, entah apakah bisa aku jatuh cinta lagi, setelah cintaku ikut terkubur bersama terkuburnya jasad orang yang aku cintai.
Sofi menangis, aku tak mengerti.Sejak kepulangannya dari Yogja empat hari yang lalu.Ia hanya mengunci diri dalam kamarnya. Sesekali aku mendengar isakannya. Entah ada apa. Tak lagi kulihat kebahagiaan menyempurna dalam hidupnya.Tidak seperti dulu, yang hanya senyum memenuhi jiwa raganya.Karena cinta itu jugakah?
Aku ketuk pintu kamarnya, “Sof, kamu lagi ngapain? Kenapa kamu nangis ?Apa yang kamu pikirkan? Jawablah Sof!s
“Zaldi sudah meninggal, Rin!” jawabnya waktu kutanya gimana kabar kekasih pujaannya itu.
“Kamu nggak boleh bercanda gitu akh!”kataku sambil mengelus rambutnya yang keriting itu, sebab kulihat dia meneteskan air mata.
“Aku sungguhan, Rin!Dia telah meninggal, sepulangnya mengantarkan aku ke Yogja,” Air matanya tak terbendung lagi, seperti air mengalir di sungai tanpa hambatan sedikit pun.Sangat menyesal aku menanyakan hal itu.Kupeluk dia erat-erat, sambil berbisik, kamu harus banyak zikir dan berdoa, semoga arwahnya diterima di sisi Yang Maha Kuasa.
Aku pamit untuk pulang, aku ambil kunci motorku, kusegera meninggalkan rumah Sofi.Kuarahkan motorku menuju perpustakaan.Karena tugas dari masing-masing dosen belum satupun yang kuselesaikan. Ternyata telah beberapa buah buku yang kubaca, tak satupun yang bisa menunjang tugas yang diberikan dosen kepadaku, ingatanku selalu pada Sofi. Masih teringat aku akan keceriaannya, senyumnya, candanya, gurauannya. Tak terpikirkan olehku kalau seandainya hal itu terjadi pada diriku.Entahlah, mungkin remuk segala tulang-tulangku.Itu makanya aku sangat takut dengan masalah cinta.

4 komentar:

  1. Mantap cerpennya Buk...mana lagi yang lain...? hidup Smantika !!!

    BalasHapus
  2. hehe,,keren buk cerpennya,,izin dibagi ke blog nake ya buk,,makasih

    BalasHapus
  3. memang mantap cerpennya....ibuk kita, hidup smantika !

    BalasHapus
  4. lanjutkan... buk

    BalasHapus